SILSILAH LELUHUR AL-AKHI AL MUKARRAM MUHAMMAD ZUBIR AMIR BIN AMIR ABDULLAH AL-KHALIDI JUM’ATUL JABIR
SILSILAH LELUHUR AL-AKHI AL
MUKARRAM MUHAMMAD ZUBIR AMIR
BIN AMIR ABDULLAH AL-KHALIDI
JUM’ATUL JABIR
A. ANAK DAN ORANG TUA DALAM PANDANGAN AL- QUR’AN
Semua
manusia yang terlahir ke alam dunia ini pasti mempunyai perantara, dia
tidak mungkin lahir atau muncul secara tiba-tiba ke alam dunia ini,
kecuali Nabi Adam as. Kedua orang tua (ayah dan ibu) adalah perantara
seorang anak untuk hadir ke dunia ini. Untuk terjadinya seorang anak
dalam kandungan seorang ibu diperlukan beberapa faktor, di antaranya
seorang ibu harus mempunyai benih telur yang sehat dalam rahimnya.
Kemudian tidak hanya itu, telur yang ada di rahim ibu itu juga harus
dibuahi sperma dari seorang lelaki (ayah), kecuali Nabi Isa as. Secara
umum semua manusia yang terlahir ke alam dunia ini dikarenakan
terjadinya percampuran antara sel telur seorang ibu dan sperma dari
seorang ayah. Setelah sperma membuahi sel telur maka terjadilah ‘alaqah
(darah yang menempel dalam rahim) lalu berkembang menjadi segumpal
daging, kemudian segumpal daging itu berubah menjadi tulang belulang
setelah itu tulang belulang itupun dibungkus kembali dengan daging,
kemudian jadilah la embrio seorang manusia yang siap terlahir ke dunia
ketika sudah sampai pada masa yang ditentukan.
Kemudian air mani itu
kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,
Pencipta yang paling baik. (Q.S. al¬Mukminuun [23]: 14)
Demikianlah
proses penciptaan jasad manusia yang diceritakan Allah dalam kitabNya,
namun manusia tidak hanya tercipta dari unsur jasad (ragawi) yang
berasal dari sari pati tanah vang menjadi sperma dan sel telur akan
tetapi manusia mempunyai satu unsur lagi yaitu unsur rohani yang berasal
dari Ruh Tuhan itu sendiri.
Kemudian dia menyempurnakan dan
meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur. (Q.S. as-Sajdah [32]: 9)
Sempurnalah la menjadi seorang
manusia ketika ia mempunyai unsur jasad yang ia warisi dari orang tua
genetiknya dan unsur ruh yang ditiupkan oleh Tuhan itu sendiri. Karena
manusia makhluk Allah yang tercipta dari unsur jasad yang bersifat fisik
dan nyata dan unsur ruh yang bersifat metafisik atau ghaib maka yang
dikatakan sebagai orang tuanya pun tidak terbatas pada orang tua
genetiknya saja. Akan tetapi di samping orang tua yang membentuk
jasadnya dia juga mempunyai orang tua yang membentuk jiwanya
(ideologinya), orang tua seperti ini penulis sebut dengan orang tua jiwa
atau guru spiritual yang mengajarkan kepadanya tentang Tuhan (kebenaran
sejati). Dalam tafsir fathul bayan juga disebutkan seorang nabi adalah
ayah (orang tua) bagi umatnya.
Nabi juga bersabda dalam kumpulan hadis al-jaml’us soghir pasal alif halaman 103, artinya:
Sesungguhnya aku bagi kamu menempati kedudukan sebagai bapak.
Berdasarkan
hadis tersebut jelaslah bagi kita bahwa nabi dikatakan sebagai orang
tua bagi umatnya karena nabi adalah guru spiritual yang mengajarkan dan
mengenalkan Tuhan kepada umatnya. Bahkan dalam ajaran Islam orang,
genetik (jasad) dengan anak genetiknya tidak dapat saling memberi
syafaat bila salah satu di antara keduanya ada yang kafir. Sebagai
contoh Nabi Nuh as dia mempunyai anak genetik yang bernama Kan’an,
tetapi Kan’an bukan termasuk orang yang beriman kepada Nuh sebagai Rosui
Allah, maka betapa sayangnyapun Nuh kepada Ka’nan karena Kan’an anak
biologisnya menurut pandangan Allah, Kan’an bukanlah termasuk anak Nabi
Nuh as, karena anak-¬anak Nuh yang sesungguhnya adalah orang-orang yang
mau beriman dan mengikuti ajaran Nuh meskipun bukan dari keturunan
biologis Nabi Nuh as.
Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata:
“Ya Tuhanku, Sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan Sesungguhnya
janji Engkau Itulah yang benar. dan Engkau adalah hakim yang
seadil-adilnya.” Allah berfirman: “Hai Nuh, Sesungguhnya dia bukanlah
termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), Sesungguhnya
(perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. sebab itu janganlah kamu
memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya.
Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk
orang-orang yang tidak berpengetahuan.” (Q.S. Mud [11]:45-46)
Kemudian
mari kita lihat kembali kisah Nabi Ibrahim dalam al-Qur’an. Ibrahim
adalah anak seorang pembuat dan penvembah berhala, yang bernama Azar.
Meskipun Ibrahim secara biologis (genetik) anak dari pembuat dan
penyembah berhala akan tetapi Ibrahim tidak mewarisi ideologi (ajaran)
bapaknya yang menyembah berhala akan tetapi justru Ibrahim bertolak
belakang dengan bapaknya, dia malah menjadi hamba dan rosul Allah.
Ceritakanlah
(hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quran) ini.
Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang
nabi. Ingatlah ketika ia Berkata kepada bapaknya; “Wahai bapakku,
Mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan
tidak dapat menolong kamu sedikitpun? Wahai bapakku, Sesungguhnya Telah
datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu,
Maka ikutilah aku, niscaya Aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang
lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu durhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah. Wahai bapakku,
Sesungguhnya Aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan yang
Maha pemurah, Maka kamu menjadi kawan bagi syaitan”. Berkata bapaknya:
“Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, Hai Ibrahim? jika kamu tidak
berhenti, Maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah Aku buat
waktu yang lama”. Berkata Ibrahim: “Semoga keselamatan dilimpahkan
kepadamu, Aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya
dia sangat baik kepadaku. Dan Aku akan menjauhkan diri darimu dan dari
apa yang kamu seru selain Allah, dan Aku akan berdoa kepada Tuhanku,
Mudah-mudahan Aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku”. Maka
ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang
mereka sembah selain Allah, kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan
Ya’qub. dan masing-masingnya kami angkat menjadi nabi.
Berdasarkan
firman Allah yang penulis sampaikan di atas, jelaslah bagi kita orang
tua yang sesungguhnya adalah yang mengajari dan membimbing kita ke jalan
Tuhan, dan anak yang sesungguhnya adalah anak yang patuh dan mau
mengikuti semua perintah bapaknya. Namun meskipun orang tua jasad
(genetik) ada yang tidak mengenal Allah sehingga ia pun tidak bisa
membimbing anaknya ke jalan Allah dan mungkin malah memerintahkan
anaknya untuk menserikatkan Allah, sikap seorang muslim menurut
al-Qur’an harus tetap sopan kepadanya tetapi tidak perlu mematuhinya.
Dan
kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya,
dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang
yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka
Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.
B. NASAB ZAHIR ATAU DARAH/KETURUNAN
AL-AKHI ALMUKARRAM MUHAMMAD ZUBIR AMIR ALKHALIDI
QUDDUSULLAHI SIRRAHU ALJUMU’ATUL JAABIR”, DIRINGKAS “ALJAABIR”
YANG SAMPAI KEPADA IMAM HASAN IBN ABI THOLIB.
Silsilah
talqin dzikir juga zahir yang diterima oleh
AL-AKHI ALMUKARRAM MUHAMMAD ZUBIR AMIR ALKHALIDI
QUDDUSULLAHI SIRRAHU ALJUMU’ATUL JAABIR”, DIRINGKAS “ALJAABIR”:
dari Al-Akhi Al Mukarram Amir Abdullah
Labuhan Deli dari pada Thariqat Al Khalwatiyah juga ayah kadungnya.
Mereka mengambil talqin dan ijazahnya dari pada:
1. AlFaqir Ilallaahu Ta’ala “arifin bin Muhammad `Isa, yang ia mengambil talqin dan ijazahnya daripada gurunya
2.
Al’Alim –Al Alamah AlKhabar AlFahamah Asysyaikh Hasanuddin bin
Asysyaikh Muhammad Ma’shum, dan ia mengambil talqin dan ijazah dari pada
gurunya
3. Asysyaikh Ahmad Khathib bin ‘Abd AlLathif AlMinangkabawi, ia menerima yang demikian itu daripada gurunya
4. Asysyaikh Assaaiyyid Abi Bakar Syatha, la menerima dari pada
5. Asysyaikh Assaivyid Ahmad bin Zaini Addahlan Mufti Makkat AIMukarramah, dan la menerima dari pada
6. Asysyaikh AdDamyathi, la menerima dari pada
7. Asysyaikh Asysvinwani, la menerima dari pada
8. Asysyaikh Mahmud Alkurdi, la menerima daripada
9. Asysyaikh Muhammad Salam AlHafni, dan la menerima dari pada
10. Asysyaikh Musthafa AlBakri, dan la menerima dari pada
11. Asysyaikh ‘Abd AlLathif AlHalabi, dan la dari pada
12. Asysyaikh Mushthafa Afandi AlArduni, dan la dari pada
13. Asysyaikh ‘Ah Qurhu Basya, dan la dari pada
14. Asysyaikh Isma’il Aljurumi, dan la dari pada
15. Asysyaikh ‘Umar AlFuadi, dan ia dari pada
16. Asysyaikh Sya’ban AlQasthamuni, dan la dari pada
17. Asysyaikh Khairuddin AnNaqadi, dan la dari pada
18. Asysyaikh halabi shulthan Al-Aqdas yang telah masyhur
19. dengan Jamal AlKhuluti, dan la terima dari pada
20. Asysyaikh Muhammad Bahauddin Asysyirwani, dan ia dari pada
21. Asysyaikh Yahya AlBakuri, dan la dari pada
22. Asysyaikh Shuduruddin Aljayani, dan is dari pada
23. AlHajj ‘Izzuddin, dan ia dari pada
24. Asysyaikh adhi Muhammad AlKhuluti, dan la dari pada
25. Asysyaikh Ibrahim AzZahid AlKailani, dan la dari pada
26. Jamaluddin AtTabrizi, dan la dari pada
27. Syihabuddin Muhammad AsySyirazi, dan la dari pada
28. Rukunuddin Muhammad AnNajasi, dan la dari pada
29. Quthubuddin AlBahri, dan la dari pada
30. Abi anNajibAsSahrurdi, dan la dari pada
31. Asysyaikh ‘umar AlBak-ri, dan la dari pada
32. Mamsyaduddin AlDainyri, dan la dari pada
33. AIjunald AlBagdadi Penghulu Ahl AshShufi, dan Ll dari pada
34. Bisri AsSaqathi, dan la dari pada
35. Ma’ruf AlKarkhi, dan la dari padaDaud AthTha-I, dan la dari pada
36. Habib Al’Ajmi, dan la dari pada
37. Imam Hasan bin ‘All Karamallahu wajhah, dan la menerima talyn dan ijazah seperti yang dahulu itu dari pada
38. Amirul Mukminin Saiyyidina ‘ali bin abi Thalib radhiyallahu `anhu, dan is menerima akan dia dari pada
39. Penghulu sekalian mursalin Saiyyidina Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam, Beliau menerima dari
40. Ruh AlQuddus Malaikat Jibril `alaihis salam dan Beliau dari Allah `azza wa Jalla Rabb Al’Alamin.
C.
SILSILAH GURU SPIRITUAL AL-AKHI ALMUKARRAM MUHAMMAD ZUBIR AMIR BIN AMIR
ABDULLAH AL-JUM’ATULJABIR YANG SAMPAI KEPADA IMAN HUSEIN IBN ALI IBN
ABI THOLIB
Silsilah talqin dzikir yang diterima oleh Al-akhi
AlMukarram Muhammad zubir amir AlKhalidi Aljum’atul Jabir bin Al-akhi
alMukarram Amir’Abdullah Labuhan Deli dari pada tharikat AsySyathariyah.
Beliau mengambil talqin dan ijazahnya dari pada:
1. Tuan Guru AlMukarramah
AlFaqih Jamal Rifa’i Quddus, diringkas AlQuddus, Asysyathariyah Syahid, ia mengambil dari ayah kandungnya sendiri
2.
Syaikh Saiyidina wa Habibina wa Barakatina Ashhabi Ratibi Quthub Abd
AlHamid Jama’ Suarik Waliyullah quddusullah, ia mengambil dari
3. Syaikh Bagindo Tando Waliyullah Negri Pariaman Sumatera Barat, ia mengambil dari
4. Syaikh Angku Kiambang Waliyullah Negri Pariaman Sumatera Barat, ia mengambil dari
5. Syaikh Angku Razaq Waliyullah Negri Pariaman Sumatera Barat, ia mengambil dari
6. Syaikh Angku Ampalu Panjang Waliyullah Negri Pariaman Sumatera Barat, ia mengambil dari
7. Syaikh Angku Pondoh Waliyullah Negri Pariaman, Sumatera Barat, ia mengambil dari
8. Syaikh Burhanuddin Waliyullah Negri Ulakan Sumatra Barat, ia mengambil dari
9. Syaikh Abdur Rauf Waliyullah Negri aceh, ia mengambil dari
10. Arif billah Kamalul Mukammal Shafiyuddin Ahmad Ibnu Muhammad AlMadani Al-anshari AsySyahid AlQasvasyi, ia mengambil dari
11.
Syaikh Quthub daerah Musyahadat ArRabbani Al-Mufradi fi Awanah Basalasi
Abil Muhibbi Abdillah bin Ahmad Sanawi Thaballah Sirrahu, ia menambil
dari
12. Shulthan Al’Arifin Saiyyidi Shibghatullah, ia mengambil dari
13. Qudut Al’Ulama Saiyyidina Wajihuddin Al-Alawi, ia mengambil dari
14. AlGauts Aljamami’ lil Jawami’ Sayyidina Muhammad AlGauts, ia mengambil dari
15. Sayyidina Qudut Al Muqari bin Syaikh Alhajj Huduri Thaba Sirrahu, ia mengambil dari
16. Sayyidina Syaikh Hiddayatullah Asar Masta, ia mengambil dari
17. Sayyidina Imam Qadi AsyAthari
18. Sayyidina Syaikh Abdillah AsyAthari, ia mengambil dari
19. Sayyidina Syaikh Asyaq, ia mengambil dari
20. Sayyidina Syaikh Muammad Asyaq, ia mengambil dari
21. Sayyidina Syaikh Hudhuli AlMauri AnNahri, ia mengambil dari
22. Qutub Abi AlHasan Al Harqani, la mengambil dari
23. Sayyidina Syaikh Abi AlMuzafar Maulana Tark AthThautsi, ia mengambil dari
24. Maulana Syaikh Al-Arabi Yazid AlAsyaq, ia mengambil dari
25. Maulana Syaikh Muhammad AlMaghribi, ia mengambil dari
26. Ruhaniyah Sulthan Al’Arifin Syaikh Abi Yazid AlBusthami, la mengambil dari
27. Maulana Ruhaniyah Imam jaffar Shadiq, ia mengambil dari
28. Maulana Imam Muhammad Baqir, ia mengambil dari
29. Maulana Sayyidina Imam Zainal ‘Abidin ibn AlHusain AsySyahid, la mengambil dari abah beliau
30. Maulana Ruhanivah ArRasul ibn Fatimah bind ArRasulullah Imam Husain AsySyahid, is mengambil dari abah beliau
31. Maulana Imam Masyriq wal Maghrib Babul ‘Ilm Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah, mengambil dan menerima dari
32.
Thaniqat AsySyathari Sayyid AlKauni wa Jadd AlHusain Muhammad
AlTMusthofa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau mengambil
dan menerima dari
33. Ruh AlQuddus Malaikat Aljibrail ‘Alaihis Salam dan Beliau dari Allah ‘Azza wa Jalla Rabb Al’Alamin.
Berdasarkan
dua silsilah tersebut dapatlah kita simpulkan bahwa
AL-AKHI ALMUKARRAM MUHAMMAD ZUBIR AMIR ALKHALIDI
QUDDUSULLAHI SIRRAHU ALJUMU’ATUL JAABIR”, DIRINGKAS “ALJAABIR”
secara
biologis (genetik) keturunan Imam Hasan dan dari faktor ruhani beliau
adalah keturunan Imam Husen ibn All ibn Abi Thalib. Jadi imam Hasan dan
Imam Husen ibn Ali ibn Abi Thalib bertemu (bersatu) dalam jiwa dan raga
AL-AKHI ALMUKARRAM MUHAMMAD ZUBIR AMIR ALKHALIDI
QUDDUSULLAHI SIRRAHU ALJUMU’ATUL JAABIR”, sebab itu diberi gelar “ALJAABIR”
Komentar
Posting Komentar
semua informasi di blog ini bukanlah sesuatu rekayasa untuk membuat umat berpecah belah, melainkan untuk mengajak umat bersatu dari yang berdiri-sendiri dengan keyakinannya, ilmunya dan mengajak jemaah yang berfirqah-firqah menjadi satu umat. umat islam yang dipimpin dengan kebijaksanaan dan keadilan seperti indonesia yang dipimpin oleh presiden dan para gubernurnya...