Bab: Jebakan Dajjal dalam Pengenalan Imam Mahdi
Dalam sejarah spiritual umat Islam, keberadaan Imam Mahdi telarh menjadi bahan perbincangan panjang. Sayangnya, banyak umat lebih sibuk mencari sosok fisik daripada sifat kerasulan dan keimanannya, sehingga terjebak pada jebakan halus yang disiapkan Dajjal: menjadikan ciri-ciri lahiriah sebagai pedoman, dan bukan wahyu dari Allah.
Padahal, dalam sunnatullah, pedoman utama untuk mengenali siapa pun yang diutus Allah selalu melalui wahyu, bukan berdasarkan dugaan atau ciri-ciri tubuh. Mengenali Imam Mahdi dari bentuk perbuatannya, ucapannya yang sesuai dengan para nabi dan rasul terdahulu, serta kepemimpinannya atas umat yang didasari Al-Qur’an—itulah jalan yang benar. Namun Dajjal hadir untuk mengalihkan umat dari jalan wahyu ke jalan asumsi.
1. Pedoman Sejati: Wahyu, Bukan Fisik
Allah berfirman:
ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ
“Kitab ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS Al-Baqarah: 2)
Allah sudah menetapkan bahwa petunjuk hidup, termasuk mengenali siapa utusan Allah, bukan dari dugaan atau ramalan, tetapi dari Kitab-Nya. Sayangnya, banyak umat malah meninggalkan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam mengenal Imam Mahdi dan lebih percaya pada kisah-kisah tidak shahih yang menyebar di berbagai mimbar dan media.
Umat menanti sosok berjubah putih, bermata elok, beralis melengkung, dengan tanda-tanda langit dan bumi mengiringinya. Namun semua itu tidak ada gunanya jika sang tokoh tidak memiliki kesesuaian dengan wahyu Allah.
2. Para Rasul Diutus Bukan Karena Ciri Fisik
وَمَا أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ إِلَّا رِجَالٗا نُّوحِيٓ إِلَيۡهِم مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡقُرَىٰٓ
“Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (wahai Muhammad), kecuali laki-laki dari penduduk negeri yang Kami wahyukan kepada mereka.”
(QS Yusuf: 109)
Setiap nabi dan rasul bukan dikenali dari bentuk tubuhnya, tapi karena ia menerima wahyu dan menyampaikannya kepada manusia. Mereka hadir dengan kalimat Allah, membawa misi tauhid, dan menyeru kepada syariat yang hidup.
Demikian pula Imam Mahdi, yang dijanjikan datang di akhir zaman. Dia bukan seorang superhero dari langit, melainkan seorang lelaki dari umat ini yang Allah pilih dan beri petunjuk—bukan untuk mencolokkan tanda di dahinya, tapi untuk meneruskan estafet kerasulan sebagai pemimpin spiritual umat.
3. Tipu Daya Dajjal: Menggeser Fokus dari Wahyu ke Duniawi
Dajjal adalah simbol dari segala bentuk penyesatan dan kebutaan rohani. Ia menanamkan pada manusia untuk mencari penyelamat dengan kriteria lahiriah, bukan batiniah. Dajjal menggeser keyakinan umat dari Al-Qur’an sebagai petunjuk kepada mimpi, mitos, dan kisah-kisah tanpa dasar.
Allah memperingatkan:
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يُجَٰدِلُ فِي ٱللَّهِ بِغَيۡرِ عِلۡمٖ وَلَا هُدٗى وَلَا كِتَٰبٖ مُّنِيرٖ
“Dan di antara manusia ada yang membantah tentang Allah tanpa ilmu, tanpa petunjuk, dan tanpa Kitab yang memberi cahaya.”
(QS Al-Hajj: 8)
Bila seseorang berbicara tentang Mahdi tetapi tidak berdasarkan ilmu dari Al-Qur’an, dan tidak memiliki kitab yang memberi cahaya (yakni wahyu), maka ia hanya sedang memperpanjang tipu daya Dajjal.
4. Imam Mahdi Sejati Menyeru dengan Al-Qur'an
Imam Mahdi yang sejati adalah orang yang mengembalikan umat kepada Al-Qur’an dan menyusun kehidupan umat seperti para rasul dahulu. Ia adalah penerus jejak kenabian, bukan dari segi pangkat atau gelar, tapi dari fungsi kerasulan: menyampaikan, memimpin, dan menjadi saksi atas umatnya.
إِنَّآ أَنزَلۡنَا إِلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ لِتَحۡكُمَ بَيۡنَ ٱلنَّاسِ بِمَآ أَرَىٰكَ ٱللَّهُۚ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, agar kamu mengadili di antara manusia dengan apa yang Allah telah wahyukan kepadamu.”
(QS An-Nisa: 105)
Demikian pula Imam Mahdi. Ia akan mengadili dan memimpin berdasarkan apa yang Allah wahyukan kepadanya, bukan berdasarkan mimpi-mimpi orang, bukan berdasarkan ramalan atau kitab tafsir yang telah menyimpang dari konteks kerasulan.
5. Umat yang Tidak Menggunakan Wahyu Akan Terjebak
وَقَالَ ٱلرَّسُولُ يَٰرَبِّ إِنَّ قَوۡمِي ٱتَّخَذُواْ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ مَهۡجُورٗا
“Berkatalah Rasul: ‘Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang ditinggalkan (mahjura).’”
(QS Al-Furqan: 30)
Inilah tangisan para rasul, termasuk Muhammad, yang akan kembali bergema di akhir zaman. Umat akan meninggalkan Al-Qur’an dalam mengenali pemimpin rohani mereka, lebih percaya pada cerita viral atau ustaz populer daripada risalah Allah yang abadi.
Kesimpulan: Hanya Wahyu yang Mampu Membuka Tabir Mahdi
Imam Mahdi bukan untuk dikenali dengan kriteria jasmani, melainkan dengan kitab Allah, kalam-Nya, dan kesesuaian perkataan serta perbuatannya dengan jejak kenabian. Inilah yang dijelaskan oleh Al-Qur’an secara terang: bahwa hanya orang yang diberi wahyu dan membawa wahyu, dialah yang layak menjadi pemimpin akhir zaman.
Dan siapa pun yang menyuruh kita menanti ciri-ciri jasad, bukan kesesuaian dengan Al-Qur’an, maka dia telah menjadi agen tipu daya Dajjal. Karena Dajjal hadir bukan hanya sebagai satu sosok, tetapi sebagai sistem penyesatan global yang menjauhkan manusia dari wahyu dan menjerumuskan mereka ke dalam fitnah besar: menanti penyelamat, tetapi menolak rasul.
Komentar
Posting Komentar
semua informasi di blog ini bukanlah sesuatu rekayasa untuk membuat umat berpecah belah, melainkan untuk mengajak umat bersatu dari yang berdiri-sendiri dengan keyakinannya, ilmunya dan mengajak jemaah yang berfirqah-firqah menjadi satu umat. umat islam yang dipimpin dengan kebijaksanaan dan keadilan seperti indonesia yang dipimpin oleh presiden dan para gubernurnya...